Selama ini kita mempercayai bahwa golongan
darah tertentu bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Tipe A diyakini
sebagai pemilik kepribadian yang sangat hati-hati dan perfeksionis, tipe
B diyakini sebagai seorang yang konyol dan cuek, tipe AB disebut-sebut
sebagai si rasional yang tenang, dan tipe O adalah sosok yang sangat
optimis dan pekerja keras.
Kepribadian berdasarkan golongan darah
tersebut menjadi sangat populer pada saat ini. Di internet banyak komik
yang menceritakan interaksi antara keempat golongan darah tersebut. Di
Jepang dan Korea, ramalan berdasarkan jenis kelamin justru mengisi
tayangan televisi pagi hari. Bahkan sampai ada layanan pencari jodoh
yang berdasarkan golongan darah, atau pencari kerja dengan karyawan
bergolongan darah tertentu.
Lalu, mengapa bisa disebut (atau
dicurigai) sebagai HOAX? Karena tidak ada dasar atau bukti ilmiah yang
dapat membuktikan hal tersebut!
Adalah Karl Landsteiner yang menemukan
penggolongan darah ABO pada tahun 1901. Penelitian ini menemukan bahwa
perbedaan golongan darah disebabkan oleh protein yang terdapat pada
darah. Manfaat dari penelitian ini digunakan dalam proses transfusi
darah.
Di kemudian harilah penyimpangan tersebut
dimulai. Jerman di bawah pimpinan diktator Adolf Hitler berusaha
membuat etnis mereka memiliki derajat yang lebih tinggi dari etnis lain,
agar mereka bisa menguasai dunia. Pada saat itu Jerman memiliki rasio
golongan darah A dan O yang tinggi, sehingga dibuatlah pengetahuan semu
berupa teori palsu yang meninggi-ninggikan orang dengan golongan darah A
dan O.
Konsep ini kemudian diadopsi oleh Jepang
pada tahun 1930-an untuk membentuk tentara-tentara unggul. Tentara pada
posisi yang lebih penting terdiri dari golongan darah tertentu. Setelah
ini, pemikiran dan teori mengenai kepribadian berdasarkan golongan darah
sempat tidak digunakan lagi selama bertahun-tahun.
Kepribadian berdasarkan golongan darah
diangkat kembali dan menjadi populer ketika Masahiko Nomi menuliskan
buku berjudul “Understanding Affinity by Blood Type” (Memahami Persamaan
berdasarkan Golongan Darah) pada tahun 1971. Kesuksesan dari buku
tersebut disusul oleh 10 buku lainnya kemudian. Masahiko Nomi meninggal
dunia pada tahun 1981 dan setelah itu pembahasan mengenai golongan darah
dilanjutkan oleh Toshitaka Nomi, anaknya.
Keraguan muncul ketika diketahui bahwa
Nomi Masahiko adalah seorang pengacara dan jurnalis, dengan tanpa latar
belakang kedokteran/psikologi sama sekali. Pandangan Nomi Masahiko
mengenai golongan darah diduga terpengaruh oleh Takeji Furukawa.
Siapakah Takeji Furukawa?
Takeji Furukawa adalah seorang profesor
di Sekolah Guru Perempuan Tokyo (Tokyo Women’s Teacher’s School) yang
mempublikasikan papernya “The Study of Temperament Through Blood Type”
(Kajian Temperamen berdasarkan Golongan Darah) di jurnal Psychological
Research pada tahun 1927. Ia melakukan observasi terhadap perbedaan
temperamen kepada murid-murid yang belajar di sekolahnya dan mengambil
simpulan bahwa semua manusia dapat dibagi menjadi 2 macam kepribadian.
Manusia bergolongan darah A yang intelek dan tenang dengan manusia
bergolongan darah B yang emosional dan mudah marah. Studi tersebut
sempat mendapat kritik karena dianggap tidak ilmiah dan tidak memiliki
bukti-bukti yang kuat. Kajian mengenai golongan darah dan kepribadian
kemudian menghilang hingga diangkat kembali oleh Masahiko Nomi pada
tahun 1971.
Dengan iseng, saya mencoba mencari
penelitian mengenai kepribadian berdasarkan golongan darah di Google
Scholars dan Psycnet APA, dengan kata kunci “blood types personality” dan “blood types temperament”.
Saya mendapatkan beberapa jurnal menarik (yang sayangnya hanya bisa
saya dapatkan abstraknya, untuk jurnal penuhnya harus bayar
berpuluh-puluh USD). Sebagai catatan, saya hanya memilih jurnal yang
ditulis selama 15 tahun terakhir saja. Mari kita bahas satu persatu
1. Personality, Blood Type, and The Five-Factor Model, oleh Cramer dan Imaike (2002)
Penelitian ini mencari kaitan antara golongan darah dan kepribadian dengan basis five-factor model (OCEAN
model) dengan instrumen NEO-PI. Partisipan dari subyek ini adalah 400
mahasiswa di Kanada yang telah diketahui golongan darahnya. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh golongan darah
terhadap kepribadian.
2. Blood Type and Personality, oleh Rogers dan Glendon (2003)
Penelitian ini juga menguji kaitan antara
golongan darah dengan kepribadian, dengan basis OCEAN model. Penelitian
ini menghasilkan temuan bahwa tidak ada kaitan/hubungan antara golongan
darah dengan kepribadian.
3. Blood Type and The Five Factors of Personality in Asia, oleh WU, Lindsted, dan Lee (2005)
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
hasil temuan dari 2 penelitian yang saya sebutkan di atas, yang juga
meneliti kaitan antara golongan darah dengan kepribadian berbasis OCEAN
model. Penelitian ini dilakukan kepada siswa sekolah tinggi di Taiwan
dengan instrumen NEO-PI-R versi China. Penelitian ini menemukan tidak
ada hubungan/kaitan yang signifikan antara golongan darah dan
kepribadian, kecuali tipe AB pada perempuan yang memiliki skor lebih
rendah pada domain conscientiousness. Tapi Wu, Lindsted, dan Lee menduga
bahwa hal ini terjadi akibat jumlah partisipan yang kurang banyak
sehingga tetap disimpulkan bahwa tidak ada hubungan/kaitan antara
golongan darah dengan kepribadian.
Dari sini bisa ditarik ringkasan dari perkembangan kajian golongan darah tersebut:
– Digunakan oleh Nazi untuk mengangkat derajat etnis mereka.
– Diteliti oleh Takeji Furukawa,
tetapi mendapat banyak kritikan akibat kurangnya data-data yang
mendukung dan kurang ilmiah.
– Menghilang selama hampir 50 tahun
dan diangkat kembali oleh Masahiko Nomi, seorang pengacara dan jurnalis
yang tidak memiliki latar belakang kedokteran/psikologi, dan tidak
melakukan penelitian apapun mengenai kepribadian berdasarkan golongan
darah.
– Dilanjutkan oleh Toshitaka Nomi.
– Hingga saat ini belum ditemukan
penelitian yang mendukung adanya keterkaitan/hubungan antara kepribadian
dengan golongan darah.
Dampak-Dampak yang Muncul Akibat Populernya Teori Golongan Darah
– 1990, Mitsubishi Electronics
memasang iklan lowongan kerja di harian Asahi Daily yang hanya merekrut
pekerja bergolongan darah AB karena diyakini mampu membuat perencanaan
dengan baik
– Menteri Jepang, Ryu Matsumoto,
menyatakan pengunduran dirinya karena emosinya yang tidak stabil
sehingga menyebabkan keributan. Dalam pidato pengunduran dirinya, ia
menyatakan bahwa ia menyesal memiliki golongan darah B sehingga ia
menjadi emosional.
– Tim softball di Jepang pada
Olimpiade Beijing mengaku menggunakan teori golongan darah tersebut
untuk memberikan pelatihan yang berbeda-beda pada setiap individu
– Beberapa TK di Jepang memisahkan kelas berdasarkan golongan darah.
– Beberapa perusahaan besar
melaporkan bahwa mereka menggunakan golongan darah sebagai salah satu
penentu diterimanya seseorang dalam perusahaan mereka.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil bacaan singkat saya
terhadap beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian
berdasarkan jenis kelamin masih harus dipertanyakan. Mengingat
kemunculannya pertama kali didasarkan oleh pandangan etnosentrisme
(etnis tertentu harus lebih unggul dari etnis lainnya), sempat
mendapatkan penolakan karena kurang memiliki bukti ilmiah, dan hingga
saat ini belum ada penelitian ilmiah yang mampu mendukungnya.
Hal ini juga mungkin bisa menjadi ide
penelitian selanjutnya, apakah benar golongan darah berhubungan dengan
kepribadian tertentu?
Terimakasih informasinya
ReplyDeleteSama"
Deletenice info menarik sekali untuk dibaca
ReplyDeleteberita suriah