BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amphibia
merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota
tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana
untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung
memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara
percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang
tiga itu agaknya memberikan penigkatan yang berarti dalam efesiensi
peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1999).
Amphibia
hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa
dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada
kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan
lingkungannya (Campbell, 1999).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Amphibi
Amphibia
adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air
tawar (tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar
mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang)
ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun beberapa
jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang
sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan
basah (Kimball, 1999).
Amphibi
merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota
tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana
untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung
memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara
percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang
tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi
peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Campbell, 1999).
2.2 Pembagian Ordo
Ada 3 bangsa dalam kelas amphibian, yaitu Ordo Caudata (Urodela),
adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya
berbentuk seperti bengkarung (kadal). Beberapa jenis yang dewasa
tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, Ordo Salienta (Anura),
pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa
bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik.
Fertilisasi eksternal. Ordo Apoda (Gymnophiana), tengkorak
kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan
cairan yang merangsang. Antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat
ditonjolkan keluar (Campbell, 1999).
2.3 Karakteristik Amphibi
Ciri-ciri
amphibi yaitu memiliki 3 ruang jantung yang terdiri dari 2 atrium dan 1
ventrikel. Sirkulasi amphibi disebut sebagai sirkulasi ganda tertutup, yaitu
ganda yang berarti dua kali melewati jantung dan tertutup yang artinya darah
tidak keluar dari pembuluh darah. Amphibia bersuhu poikilotermis artinya
mempunyai suhu yang berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Amphibi mempunyai
selaput pada kaki “selaput natataria” yang berfungsi untuk berenang, juga
memiliki selaput pada mata “selaput niktitans” berfungsi untuk melindungi mata
dari gesekan air (Prowel, 2010).
Amphibi
hidup dengan dua habitat yaitu di habitat darat dan habitat air. Termasuk hewan
poikoloterm (berdarah dingin). Pembagian tubuh terdiri atas kepala dan badan
atau kepala, badan, dan ekor. Kulit lembap berlendir, terdiri dari dermis dan
epidermis. Warna kulit bermacam-macam karena adanya pigmen di dalam dermis
(biru, hijau, hitam, coklat, merah, dan kuning) tepat dibawah epidermis.
Mempunyai dua lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Penghubung
antara rongga hidung dan rongga mulut disebut koane, di kanan kiri tulang vomer
yang berbentuk V, penghubung antara rongga mulut dengan rongga telinga disebut
Eustachius. Endokskeleton mempunyai kolumna vertebralis (ruas tulang belakang).
Terdapat sepasang rahang, gigi, lidah, dan langit-langit (Abed, 2012).
Dalam
mempelajari ciri-ciri amphibian, dibedakan atas kepala, badan dan
anggota gerak. Kepala berbentuk segitiga , dengan moncong yang tumpul,
celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang
bawah tidak bergerigi, rahang atas bergerigi atau tidak. Pada umumnya
vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat penting
untuk diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat pada
dasar bawah bagian anterior. Lubang hidung satu pasang terletak dekat
ujung moncong mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan kelopak
mata bawah yang lebih tipis. Di sebelah ventro caudal mata terdapat
selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit
sehingga bentuknya tidak jelas yang disebut membran tympanum (Tim Dosen, 2011).
Pada
badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo
punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada
tempat pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada
ujung posterior terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai
depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan
dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang. Diantara
jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya
tergantung dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari kadang-kadang
dilengkapi dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa luaratutau
tuberculum metatarsal dalam (Schaums, 1989).
Banyak
amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan beraneka
ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umumnya merupakan makhluk
yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suaru untuk
memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bias bersuara keras
untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina (Campbell, 1999).
Keadaan
kulit pada amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat
pula licin dan lembab. Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit
membentuk lipatan-lipatan tertentu baik pada badan atau pada tungkai.
Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada
kelenjar kulit. Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat
disebut melanophora sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning
dan orange (Tim Dosen, 2011).
Amphibia
merupakan tetrapoda atau vetebrata darat yang paling rendah.
Amphibia. Tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan
ikan; mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke
darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping
masih memiliki kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai
pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulit hingga memungkinkan
menghadapi suasana udara, pengganti insang oleh paru-paru (Jasin, 1992).
2.4 Dalil tentang Amphibi
Adapun
berbicara mengenai hukum mengonsumsi hewan ambibi dalam hal ini katak
menurut hukum islam adalah haram , hal ini dapat ditelaah melalui
salah satu dari hadits Nabi saw sebagai berikut:
أَنَّ
طَبِيبًا سَأَلَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ ضِفْدَعٍ
يَجْعَلُهَا فِى دَوَاءٍ فَنَهَاهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ
قَتْلِهَا.
Artinya:
“Ada
seorang tabib menanyakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengenai katak, apakah boleh dijadikan obat. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam melarang untuk membunuh katak.” (HR. Abu Daud no. 5269
dan Ahmad 3/453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).[10]
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Pengamatan
1. bentuk luar tubuh kodok
2. Sacci Lymphatici (kantung-kantung limpha)
Merupakan
kantung berisi cairan limpha yang berguna untuk melindungi jaringan-jaringan
yang terdapat dibawahnya pada waktu kehilangan air dikulitnya.
2. Sacci
Lymphatici (kantung-kantung limpha)
Merupakan kantung berisi cairan limpha yang berguna
untuk melindungi jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya pada waktu
kehilangan air dikulitnya.
- See more at:
file:///D:/KULIAH/PRAKTIKUM/Semester%204/vertebrata/2/laporan%20praktikum%20kodok%20(%20bufo%20melanostictus%20).html#sthash.TgboSKKn.dpuf
Keterangan :
1. Saccus submandibularis
2. Saccus pectoralis
3. Saccus branchialis ( humeralis )
4. Saccus abdominalis
5. Saccus lateralis
6. Saccus femoralis
7. Saccus crusalis
3. Systema Muscularis (otot daging)
4. Situs Viscerum
Merupakan alat-alat didalam rongga
perut (cavum abdominalis) yang ditutupi oleh peritoneum (selaput rongga perut).
Keterangan :
1. Vesica fellea
2. Hepar
3. Ventrikulus
4. Rectum
5. Ova
6. Vesica urinaria
7. Anus
8. Cor
9. Ileum dan jejenum
10. Duodenum
a. Hepar ( hati )
Posterior dari cor, warna coklat. terdiri 2 bagian, yaitu :
• Lobus dexter (kanan)
• Lobus dexter (kanan)
• Lobus sinister (kiri)
Hepar pada amphibi berwarna coklat, terdiri dari lobus
dexter dan lobus sinester. Hati berfungsi untuk menawarkan racun yang masuk ke
dalam tubuh bersama makanan. Ia juga berfungsi sebagai tempat perombakan sel
darah merah yang telah tua.
b. Cor ( jantung )
Cor pada amphibi berwarna merah dalam kantong jaringan atau
pericardium yang berisi dengan zat cair lymphe. Jantung berfungsi sebagai alat
untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
c. Vesica fellea (
empedu )
Terletak dibagian tengah antara hepar dengan cord an
berwarna hijau.
d. Vesica urinaria
Vessica urinaria yang merupakan kantong berdinding tipis
dimidiventral pada ujung posterior coelom.
e. Gonad
Betina mempunyai 2 ovarium besar, berisi banyak telur-telur
kecil hitam sperik.Pada jantan ada 2 testis berbentuk kacang kecil
putih.Berhubungan dengan alat-alat kelamin yaitu corpus adiposum bercabang
kekuning-kuningan di atas kedua testis.
f. Ventrikulus ( lambung
)
Berwarna putih, panjang, sebelah sisi kiri dan melengkung
kesebelah kanan.
g. Duodenum
Lanjutan dari ventrikulus.
h. Usus
Terdiri dari tiga bagian, yaitu : duodenum, jejenum dan
ileum.
i. Pulmonum (
paru-paru )
Berwarna merah muda, sepasang dikiri kanan cor. Pulmo
berfungsi sebagai alat pernapasan, yaitu sebagai tempat bertukarnya oksigen dan
karbon dioksida.
j. Rectum
Bagian akhir dari saluran makanan, menuju ke cloaca.
k. Anus
Yaitu merupakan lubang pengeluaran.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Morfologi
Struktur morfologi Rana cancarivora adalah memiliki sepasang mata yang terdiri atas selaput niktitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air. Hidung pada katak di gunakan ketika melakukan pernapasan menggunakan paru-paru. Katak memiliki membran tymphani yang digunakan sebagai alat pendengaran pada katak. Katak dapat bergerak dengan anggota gerak bagian depan (anterior) dan anggota gerak bagian belakang (posterior) yang terdiri atas lengan atas, lengan bawah, paha atas, betis dan jari-jari. Anggota gerak ini digunakan katak untuk bergerak atau menempel pada tempat yang lembab, pada kaki katak terdapat selaput yang di sebut selaput natataria yang digunakan katak untuk berenang ketika berada di dalam air.
4.2.2 Anatomi
Adapun struktur anatomi katak dan kodok adalah semua organ yang terdapat di dalam bagian tubuh yang terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus kecil, usus besar, paru-paru, jantung, ginjal, hati, empedu, pankreas, kandung kemih, oviduct dan kloaka. Dari organ anatomi katak dan kodok ini terdapat sistem yang di bentuk dari kerja organ secara bersamaan, yaitu: sistem respirasi, sistem sirkulasi, sistem reproduksi dan sistem pencernaan.
a. Sistem Pencernaan
Sistem
pencernaan dimulai dari mulut, dari mulut makanan melalui faring,
kemudian esophagus menghasilkan sekresi alkali mendorong makanan masuk
ke lambung, di lambung makanan di cerna dan diproses dengan enzim.
Lambung juga menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan makanankemudian
makanan masuk ke dalam usus melalui pyloris, kemudian sari-sari makanan
masuk ke hati yang besar terdiri atas beberapa lobus dan bilus, yang
kemudian ditampung dalam kantung empedu kemudian menuju ke rectum
kemudian dikeluarkan melalui kloaka.
b. Sistem Pernafasan
Sistem
ini terdiri atas paru-paru dari kulit serta rongga kulit. Oksigen yang
berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi atau alat
dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Paru-paru katak terdiri
atas dua saku elastis yang berisi lipatan membentuk kamar-kamar kecil
yang masing-masing diliputi oleh pembuluh kapiler. Dari paru-paru
kemudian disalurkan ke trakea dan menuju ke bronkiolus kemudian menuju alveolus.
c. Sistem Reproduksi
Sistem genitalis masculinus yang
berupa sepasang testis berbentuk oval berwarna keputih–putihan,
terletak di sebelah anterior dari dari ren; diikat oleh alat
penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari
lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum
suatu zat lemak berwarna kekunin –kuningan, sedang di sebelah median
dataran testis terdapat saluran–saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju kloaka.
Sistem genitalis feminus yang terdiri atas sepasang ovarium diletakkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium ,
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa
kadang–kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk
bintik–bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna
kekuning–kuningan. Ova yang telah masak menembus dinding ovarium untuk
masuk ke dalam oviduk, selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu
papillae.
d. Sistem Sirkulasi
Sistem
sirkulasi terdiri atas aorta kiri, kemudian ke serambi kiri menuju pada
pembuluh nadi dan kemudian menuju ke bilik dan kembali lagi
pada serambi kanan selanjutnya menuju aorta kanan. Pada umumnya diduga
bahwa valvea spiralis dan truncus arteriousus memasukkan darah dan darah yang beroksigen (sebelah kanan) ke archus pulmocunatneus dan darah yang beroksigen (sebelah kiri) masuk ke archus sistimaticus dan arteri coratis.4.2.3 Habitat
Kodok merupakan hewan yang sering dijumpai di berbagai tempat. Kodok dapat hidup di berbagai tempat yang ada di bumi ini, ada yang hidup di daerah rawa, sawah, kebun, saluran air dan beberapa sungai. Kodok juga merupakan satu-satunya jenis amfibia modern yang mampu hidup di daerah yang berair payau dan hutan bakau.
Kodok aktif di waktu gelap dan pagi hari, di siang hari kodok ini berlindung di balik rerumputan atau celah di pematang. Pada malam hari, terutama sehabis hujan turun, kodok jantan berbunyi-bunyi memanggil betinanya dari tepi air.
Kodok dapat hidup di hutan primer hingga area persawahan. Di hutan primer jenis ini sedikit dijumpai, akan tetapi berlimpah di persawahan karena sawah merupakan habitat buatan manusia yang sangat disukainya. Kodok akan sangat berlimpah pada saat umur padi masih muda, karena ketersediaan air masih banyak dan menggenangi semua permukaan tanah petak persawahan. Kelimpahannya akan menurun sejalan dengan menyusutnya persediaan air dan menuainya tanaman padi. Persawahan merupakan habitat kodok berkembang biak, mencari makan dan tumbuh dewasa, jadi seluruh siklus hidupnya berlangsung di tempat ini. Kodok ini dapat dijumpai pada ketinggian tempat antara 0-1500 meter dari permukaan laut (dpl). Pada umumnya mereka dijumpai melimpah di areal persawahan yang terletak pada dataran rendah (0-300 meter dpl). Dari kelompok suku Ranidae, hanya F.cancrivora yang dapat beradaptasi dengan air payau.
4.2.4 Cara Hidup
Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut. Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia.
Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.
G. Manfaat dan Peranan
Dalam rantai makanan peranan amfibi cukup penting untuk mengatur populasi serangga. Amfibi juga merupakan makanan bagi berbagai vertebrata lain, misalnya ular atau burung. Sebagian orang menjadikan amfibi sebagai makanan untuk memperoleh asupan protein.
Katak beracun misalnya dapat digunakan oleh orang pribumi Indian untuk meracuni ujung panahnya. Katak transparan biasa digunakan oleh para ilmuwan untuk melakukan penelitian mulai katak tersebut kecil sampai besar. Katak transparan yang berkilau bermanfaat untuk penelitian terhadap perkembangan sel kanker.
Axolotl masih berkerabat dekat dengan tiger salamander. Salamander tersebut adalah salamander yang digolongkan dalam salamander berbahaya karena dapat menyemburkan racun asin dari mulutnya, namun jika kelenjarnya dibuang dengan benar maka hewan ini dapat dijadikan peliharaan yang lucu.
DAFTAR PUSTAKA
Abed. Amphibia. http://tanggamusik.blogdetik.com/tag/pengertian-amphibi/
(27 Januari 2013)
Campbell.Neil A. Biologi
edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.1999.
Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi
Dasar. Jakarta: Erlangga
Jasin, Maskoeri. Zoologi
Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya. 1992.
Kimball, J,W. 1999. Biologi
edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga
Kimball, J,W. Biologi edisi
kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1999.
Mukayat, Djarubito. Zoologi Dasar.
Jakarta: Erlangga. 1989.
Pratiwi, dkk. 2004. Buku Panduan
Biologi SMA jilid 2 untuk kelas XI. Jakarta : Erlangga
Schaums. Tss Biologi Ed. 2.
Erlangga.: Jakarta.1989.
Sianipar, Prowel. 2010. Biologi.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata.
Yogyakarta : Fakultas MIPA Universitas Negri Yogyakarta.
Syamsuri, Iskandar.2004. Biologi
2A untuk SMA kelas XI semester 1.Jakarta; Erlangga.
Tim Dosen. Penuntun Praktikum
Taksonomi Vertebrata. Makassar : Universitas Islam Negeri. 2011.
Winarni, susi. 2009. Diklat
Anatomi Hewan. Semarang ; IAIN Walisongo Semarang.
No comments:
Post a Comment