1. Reproduksi Virus
Virus menunjukkan satu ciri kehidupan, yaitu reproduksi.
Namun, reproduksi virus hanya terjadi jika berada dalam sel organisme lain.
Dengan demikian, virus hanya dapat hidup secara parasit. Reproduksi virus
secara umum terbagi menjadi 2 siklus, yaitu siklus litik dan lisogenik, dan
memiliki 5 tahap, yaitu (1) tahap perlekatan atau adsorpsi, (2) penetrasi dan
pelepasan selubung, (3) replikasi dan biosintesis komponen, (4) perakitan dan pematangan,
dan (5) pembebasan.
Proses
pelekatan terjadi memalui 2 langkah. Yang pertama menyangkut pelekatan
pendahuluan dengan ikatan atau muatan ionik dan dapat dengan mudah dibalikkan
oleh pergeseran pH atu konsentrasi garam. Langkah kedua tampaknya menyangkut
pelekatan yang lebih mantap dan tidak dapat balik. Berbeda dengan adanya
kekhususan yang jelas pada pelekatan
virus-virus hewan dan bakterial, virus tumbuhan rupanya tidak mensyaratkan
adanya situs-situs penerima yang khas (Pelczar, 2008).
2. Penetrasi
dan pelepasan selubung
Penetrasi
virus hewan ke dalam sel yang dilekatinya terjadi dengan salah satu dari dua
mekanisme. Salah satu mekanisme itu terdiri dari penelanan seluruh virion oleh
sel-sel itu dengan suatu proses fagositik yang disebut viropeksis, diikuti dengan pelepasan selubung atau pembuangan
kapsid. Ini terjadi di dalam vakuola fagositik dan disebabkan oleh kerja enzim
yang disebut protease lisosomal (Pelczar, 2008).
Virus
tumbuhan menembus masuk sel inang melalui pori-pori fana (“transient”) yang
disebut ektodesmata yang sewaktu-waktu mencuat ke luar menembus dinding sel dan
berhubungan dengan dunia di luar sel. Pori-pori ini berfungsi untuk tujuan
pengambilan air dan nutrien dan juga sekresi substansi seperti lilin. Juga,
serangga dapat secara tidak sengaja menginokulasikan virus tumbuhan ke dalam
sel inangnya selama waktu makan. Kadang-kadang ini semata-mata merupakan proses
mekanis; pada ketika yang lain virus itu dijumpai didalam jaringan serangga dan
bahkan mungkin berkembangbiak di situ. Cara pemindahan virus tumbuhan yang
paling penting di alam mungkin melalui serangga ketika makan. Begitu virus itu
ada di dalam sel tumbuhan, maka terjadilah pelepasan selubung (Pelczar, 2008).
3. Replikasi
dan biosintesis komponen
Penetrasi
segera diikuti oleh suatu periode yang disebut periode laten. Selama periode
laten inilah terjadi pelepasan selubung virion, diikuti dengan replikasi asam
nukleat dan sintesis protein virus. Replikasi asam nukleat virus dapat terjadi
di dalam inti sel atau di dalam sitoplasma, tergantung pada virusnya.
Protein-protein virus disintesis didalam sitoplasma, tempat terletaknya ribosom
atau organel-organel pembentuk protein sel. Untuk proses-proses ini sel
menyediakan energi, enzim, molekul-molekul prekursor atau bahan “pembangun” dan
perlengkapan biosintetik lainnya (Pelczar, 2008).
Asam-asam
nukleat virus disintesis dari nukleotide-nukleotide yang menjadi komponenny,
yaitu bahan-bahan pembangun asam nukleat, dengan menggunakan enzim-enzim
replikasi yang disandikan oleh asam nukleat virion yang menginfeksi it.
Mekanisme sintesis yang tepat bervariasi menurut virus dan tipe asam nukleat
yang terlibat. Enzim-enzim lain yang tidak tersedia di dalam inang, dan juga
protein-protein struktural virus, juga disandikan oleh asam-asam nukleat virus
dan kemudian dihasilkan oleh perlengkapan biosintetik sel inang (Pelczar,
2008).
4. Perakitan
dan pematangan
Bila
telah disintesis kmponen-komponen virus dalam jumlah yang kritis,
komponen-komponen itu lalu dirakit menjadi partikel-partikel virus yang matang
di dalam nukleus dan atau sitoplasmasel yang diinfeksi (tergantung pada tipe
virusnya) (Pelczar, 2008).
5. Pembebasan
Mekanisme
pembebasan virion dari suatu sel inang bervariasi menurut tipe virusnya. Pada
beberapa infeksi oleh virus hewan, sel-sel inangnya melisis, membebaskan
virion. Ini terjadi pada infeksi virus oleh virus polio. Pada virus-virus hewan
dan tumbuhan yang lain, sel inangnya tidak dihancurkan. Virus ini meninggalkan
sel melalui saluran-saluran khusus (tubul) dalam jangka waktu yang agak lama.
Virus yang lain lagi meninggalkan sel dengan cara membentuk kuncup atau
tonjolan. Selama proses penguncupan, virus hewan bersampul membawa sebagian
dari membran sel inang. Beberapa komponen membran sel inang menjadi tergabung
ke dalam sampul. Pembebasan virus influenza bersampul merupakan suatu contoh
pembebasan tipe penguncupan ini. Agaknya mekanisme yang sama berlaku di dalam
kasus virus tumbuhan bersampul (Pelczar, 2008).
2. Klasifikasi Virus
Virus dapat diklasifikasi menurut
morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsional.
1. Klasifikasi
virus berdasarkan morfologi
Berdasarkan morfologi, virus
dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4
kelompok, yaitu :
3.
Virus berselubung
4.
Virus non-selubung
Berdasarkan tropisme dan cara
penyebaran, virus dibagi menjadi:
3.
Arbovirus
·
3. Klasifikasi
virus berdasarkan genomik fungsional
Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga
klasifikasi Baltimore yaitu:
1.
Virus Tipe I
= DNA Utas Ganda
2.
Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
3.
Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
4.
Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
5.
Virus Tipe V
= RNA Utas Tunggal (-)
6.
Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA
perantara
7.
Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara
Menurut klasifikasi Bergey, virus
termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales
(Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus)
mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan berdasarkan struktur dan komposisi
tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua
golongan yaitu virus DNA dan virus RNA.
a.
Virus DNA mempunyai beberapa famili:
1.
Famili Parvoviridae seperti genus Parvovirus
2.
Famili Papovaviridae seperti genus Aviadenovirus
3.
Famili Adenoviridae seperti genus Mastadenovirus
4.
Famili Herpesviridae seperti genus Herpesvirus
5.
Famili Iridoviridae seperti genus Iridovirus
6.
Famili Poxviridae seperti genus Orthopoxvirus
b.
Virus RNA mempunyai beberapa famili:
1.
Famili Picornaviridae seperti genus Enterivirus
2.
Famili Reoviridae seperti genus Reovirus
3.
Famili Togaviridae seperti genus Alphavirus
4.
Famili
Paramyvoviridae seperti genus Pneumovirus
5.
Famili Orthomyxoviridae seperti genus Influensavirus
6.
Famili Retroviridae seperti genus Leukovirus
7.
Famili Rhabdoviridae seperti genus Lyssavirus
8.
Famili Arenaviridae seperti genus Arenavirus
No comments:
Post a Comment