LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
KONDANG MERAK
Dosen Pembimbing:
Drs. Sulistijono, M.Si
Ainun Nikmati Laily,M.Si
Disusun
Oleh: Kelompok 6
1.
Andi Jaya Pramata
2.
A. Nurrudin Khoiri
3.
Wahyu Safitri Rahmawati
4.
Kiki Widiastuti
5.
Siti Mutmainnah
6.
Ahammiyatu Najati
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dipisahkan oleh
laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya. Laut Indonesia terkenal
akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan
biotanya yang beraneka ragam, keanekaragaman itu dapat diamati baik berupa
flora maupun fauna. Bila di batasi pada tumbuhan saja, keanekaragaman dapat
dilihat pada setiap sifat, bentuk, struktur dan fungsinya. Salah satu
keanekaragam flora yang terdapat di Indonesia yaitu alga.
Tumbuhan alga
merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut.
Tumbuhan talus ialah tumbuh-tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga
bagian utamanya yaitu akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus ini mempunyai
struktur dan bentuk dengan variasi yang berbeda-beda. Tumbuhan yang memiliki
ciri utama berbentuk talus ini di masukkan ke dalam Divisi Thallophyta.
Dalam mengetahui
klasifikasi, taksonomi, kekerabatan dan asal-usul tumbuhan diperlukan
sistematika tumbuhan Cryptogamae. Tumbuhan Cryptogamae adalah tumbuhan tingkat
rendah yang alat perkembangbiakannya tersembunyi dan reproduksinya dengan
spora, contohnya pada divisi algae. Sebagaima yang telah di firmankan Allah
dalm QS. At-Thahaa, ayat 50 :
Ù‚َالَ رَبُّÙ†َا الَّØ°ِÙŠ Ø£َعْØ·َÙ‰ ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ø®َÙ„ْÙ‚َÙ‡ُ Ø«ُÙ…َّ Ù‡َدَÙ‰
Ù‚َالَ رَبُّÙ†َا الَّØ°ِÙŠ Ø£َعْØ·َÙ‰ ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ø®َÙ„ْÙ‚َÙ‡ُ Ø«ُÙ…َّ Ù‡َدَÙ‰
“Musa
berkata: "Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.”
(QS. At-Thahaa : 50 ).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah
menciptakan bermacam – macam bentuk, agar kita mendapatkan petunjuk dari bentuk
tersebut, seperti halnya pada alga, keanekaragaman bentuk alga memudahkan kita
dalam mengenali dan mengklasifikasikannya.
Pantai
Kondang Merak merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan makroalga sebab
perairannya yang masuk daerah pasang surut sampai daerah subtidal, subtratnya
berupa batu karang, pasir serta intensitas cahaya yang cukup. Menurut Hayati
(2009) Pantai Kondang merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari
masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya
sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat
membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.
Oleh
karena itu, praktikan melakukan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) di pantai
Kondang merak Malang karena kondisi pantainya yang masih sangat alami dan jauh
dari keramaian, sehingga dimungkinkan ditemukannya berbagai macam jenis alga di
pantai ini.
Dalam
penulisan laporan ini, penulis hanya membahas pada alga Devisi Chlorophyta , spesies Halimeda macroloba.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
klasifikasi dari Devisi Chlorophyta (Halimeda macroloba)
2. Bagaiman
ciri – ciri morfologi dari Devisi Chlorophyta
(Halimeda macroloba)
1.3 Tujuan
Tujuan dari di
lakukannya Kegiatan KKL ini adalah
sebagai berikut:
1.
Mengetahui
klasifikasi dari Devisi Chlorophyta
(Halimeda macroloba)
2.
Mengetahui ciri
–ciri morfologi dari Devisi Chlorophyta
(Halimeda macroloba).
1.4 Manfaat
Hasil
dari Kegiatan KKL ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi pada pembaca
tentang Halimeda macroloba
2. Menambah
wawasan keilmuan praktikan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Chlorophyta
Chlorophyta
merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota
divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi Cholorophyta tersebar luas dan
menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan
basah, danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air
tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup
sebagai makro alga di air laut. Divisi Chlorophyta hanya terdiri atas satu
kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empa ordo yaitu : Ulvales,
Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales (Verheij, 1993). Chlorophyta
memiliki pigmen dominan hijau. Pigmen tersebut berasal dari klorofil yang
dikandung alga (Marianingsih,2013).
Sebagai
fitobentik tumbuhan ini hidup menancap atau menempel di substrat dasar perairan
laut seperti karang mati, fragment karang, pasir dan pasir-lumpuran. Pertumbuhan
bersifat epifitik atau saprofitik, dan kadang-kadang beasosiasi dengan tumbuhan
lamun. Algae kelas Chlorophyceae di sebut juga algae hijau, memiliki chlorophyl
warna hijau. Secara visual perbedaan berbagai jenis alga ini dibedakan pada bagian
percabangan thallus dalam kerangka tubuh yang antara lain bersifat sel banyak atau
termasuk multiselluler (Kadi, 1988).
Alga
ini mengandung pigmen fotosintetik antara lain chlorophyl ada a dan b, carotene,
xanthophyl dan lutein. Dalam dinding selnya terdapat cellulosa
dan pectin dengan produk polisakarida berupa kanji (starch). Pembiakan
dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta fragmentasi thalli. Gamet jantan
pada alga hijau umumnya mempunyai bulu cambuk untuk gerakan aktif dalam
pembuahan (Kadi, 1988). Sebaran alga hijau utamanya di mintakat litoral bagian
atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah
pasut sampai kedalaman 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat
penyinaran matahari yang bagus. Alga dari kelas ini melimpah di perairan hangat
(tropik). Di laut kutub utara, alga hijau jarang ditemukan dan bentuknya
kerdil. Di Indonesia tercatat sedikitnya 12 marga alga hijau, yaitu : Caulerpa,
Ulva, Valonia, Dictyosphaeria, Halimeda, Chaetomorpha, Codium, Udotea,
Tydemania, Bometella, Boergesenia dan Neomeris (Romimohtarto danJuwana,
1999).
Ganggang
hijau tumbuh pada kisaran salinitas yang tinggi, bervariasi dari oligotropik
yang hidup di laut yang jenuh akan zat terlarut dan sejumlah ganggang yang
berkembang di perairan payau. Beberapa orde ganggang hijau hidup di laut secara
eksklusif. Keduanya ditemui, baik spesies bentik maupun planktonik. Sejumlah
ganggang tumbuh di habitat subaerial. Sejumlah besar organisasi tubuh
Chlorophyta yang ditemui bersusunan uniseluler, kolonial (koenobik dan
nonkoenobik), berserabut, bermembran, atau seperti lembaran, dan jenis tubular
(Bold dan Wynne, 1985).
Ganggang
hijau adalah salah satu kelompok ganggang yang besar dalam hal jumlah spesies
dan luas persebaran serta dapat beradaptasi pada habitat ekstrim seperti
ganggang hijau-biru. Spesies dengan bentuk tubuh lebih kecil kerap kali ditemukan
di air tawar atau terestrial dengan siklus hidup meiosis zigotik, meskipun
beberapa spesies unisel motil adalah anggota fitoplankton laut (Darley, 1982).
Tjitrosoepomo (2005) menyebutkan bahwa sel-sel dari kelas Chlorophyceae
mempunyai kloroplas berwarna hijau, mengandung klorofil-a dan -b serta
karotenoid. Kloroplas terdiri atas pirenoid tepung dan minyak.
2.2 Halimeda
macroloba
Halimeda adalah rumput laut yang termasukkedalam ordo Bryopsidales,
klas Chlorophyta. Halimeda merupakan genus calcified coenocytic green algae .
Kelompok algae jenis ini dikenal mempunyai nilai penting secara ekologis di
daerah perairan tropis. dan mempunyai aktivitas anti bakteri anti jamur, dan
juga kaya akan antioksidan (Subagiyo,2009). Metabolit sekunder dari Halimeda
macroloba memiliki senyawa bioaktif anti jamur (Ridlo,2009).
Pertumbuhan thalli mengandung zat kapur, pertumbuhan mencapai
tinggi 23 cm, Segment tebal bentuk kipas dengan lebar mencapai 21 mm dan
panjang mencapai 15 mm serta bagian pinggir bergelombang. Basal segment
mencapai lebar 20 mm dan panjang mencapai 15 mm. Diantara basal segment dan
segment terdapat bantalan segment yang merupakan tempat pertumbuhan segment.
Percabangan utama dichotomous atau trichotomous kelompok dalam satu rumpun.
Holdfast berbentuk ubi diameter mencapai 10 mm dan panjang mencapai 20 mm serta
tulat atau bongkol sebagai alat pengikat partikel-partikel pasir atau lumpur
(Kadi, 1988).
Makroalga jenis ini tumbuh subur
pada substrat pasir dan pasir lumpuran. Holdfast berbentuk ubi merupakan alat
pengikat terhadap partikel-partikel pasir. Pertumbuhan di alam dapat
berasosiasi bersama pertumbuhan lamun. Keberadaannya banyak dijumpai di paparan
terumbu karang dengan kedalaman kurang 2 m, pertumbuhan tahan terhadap
kekeringan yang bersifat sementara waktu (Kadi, 1988).
Tumbuhan berwarna hijau tua, tumbuh dalam rumpun yang padat,
epifit. Ketinggian antara 4-10 mm. Percabangan tidak menentu, kebanyakan
dikotomi. Filamen berbentuk filiform bendek dengan ujung berbentuk obtus. Sel
berbentuk elips dan berselerak. Thallus tidak licin, berlekuk/berombak (Kadi,
1988). Talus rimbun, blade kaku dan berkapur. Holdfast seperti umbi yang
memanjang. Memiliki warna hijau dan pada saat kering memiliki warna hijau
kekuningan, habitatnya berada pada substrat berpasir. Genus Halimeda dicirikan
dengan karakteristik talus coenocytic, genus ini berkembang baik di terumbu karang
bersubstra keras. Talus Halimeda banyak mengandung kapur dan membentuk koloni-koloni
atau berkelompok dan mempunyai alat perekat berupa rhizoid dan bersegmen.
Pada umumnya Halimeda mempunyai bentuk percabangan yang hampir sama
yaitu dichotomous dan trichotomous, bentuksegmen yang silindris dan garis permukaan
utrikel yang hampir sama yaitu heksagonal dan polygonal (Tampubolon, 2013).
Untuk
mempermudah mempelajari nama dan istilah dari struktur tubuh algae Hali-meda
bagian luar, maka kita beri nama dan istilah seperti tumbuhan tingkat
tinggi yakni bagian ruas daun, ruas batang dan akar. Bagian struktur tubuh luar
di bagi atas: ruas daun (segment), ruas batang (basal segment) dan akar atau
ruas pemegang (holdfast). Keseluruhan bagian ini disebut thallus. Oleh sebab itu
tumbuhan ini lazimnya disebut tumbuhan berthallus atau thallophyta (Kadi,
1987). Pembaharuan cara identiflkasi oleh HILLIS (1959) dan HILLIS-COLLINVAUX
(1980) ialah dengan mengamati struktur organ bagian dalam secara lebih rinci
dengan menggunakan mikroskop binokuler dan di-bantu dengan mikroskop elektron.
la mem-peroleh bagian-bagian struktur organ bagian.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
KKL
mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah dengan tema “ALGA”ini, dilaksankan pada
hari sabtu-minggu, tanggal 12-13 oktober 2013 yang bertempat di pantai kondang
merak dan diikuti seluruh mahasiswa Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ankatan 2012.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam KKL
pengamatan alga ini adalah:
1.Alat tulis
(kertas,pensil,penggaris.papan dada)
2.Kamera
3.Kresek
3.Plastik
4.Icebox
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam KKL pengamatan alga ini
adalah:
1.Semua jenis alga yang
terdampar di pantai kondang merak
3.3 Cara Kerja
Pengamatan
alga dilakukan 2 kali pada sore hari (sabtu) dan pagi hari (minggu) dan cara
kerjanya,yaitu:
3.3.1
Sore hari (sabtu)
1.Disiapkan
alat-alat yang diperlukan
2.Ditunggu
surutnya pantai
3.Diambil
semua jenis alga yang terdampar di pantai kondang merak
4.Disi
air laut untuk plastic,kresek,box
5.Dimasukkan
di plastic,kresek,box untuk semua jenis alga
6.Disimpan
semua jenis alga yang disimpan
3.3.2
Pagi hari (Minggu)
1.
Disiapkan alat-alat dan bahan (alga) yang diperlukan
2.Di
kelompokkan alga untuk masing-masing divisi (@kelas 1 divisi)
3.Diambil
satu spesies untuk diletakkan diatas kertas
4.
Ditulis nama spesies pada kerta dan diletakkan penggaris
5.
Difoto dengan camera digital
6.Diidentifikasi
dan dicatat pada kertas
7.Dimasukkan
jenis alga pada plastik dan diberi label
8.Diherbarium
ketika di jurusan Biologi fakultas Saintek UIN Maliki Malang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Halimeda macroloba
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
4.2 Taksonomi
Klasifikasi
Halimeda macroloba menurut ITB,2012:
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Clasis : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies : H.
macroloba
4.3 Deskripsi
Hasil pengamatan tentang Halimeda macroloba telah
difoto dengan sejelas mungkin untuk memudahkan pengamatan. Terlihat bahwa alga
ini berwarna hijau tua agak pudar. Warna ini disebabkan oleh pigmen yang
dimiliki alga ini. Menurut Kadi 1988) alga ini mengandung
pigmen fotosintetik antara lain chlorophyl ada a dan b, carotene,
xanthophyl dan lutein. Adanya pigmen klorofil ini yang
menyebabkan warna dari alga ini hijau dan ini juga yang menjadi dasar
pengelompokkan Halimeda ke dalam Chlorophyta. Pernyataan lain juga mendukung
sebab warna pada halimeda, Tjitrosoepomo (2005) menyebutkan bahwa sel-sel dari
kelas Chlorophyceae mempunyai kloroplas berwarna hijau, mengandung klorofil-a
dan -b serta karotenoid. Jelas sudah bahwa pigmen ini menyebabkan warna hijau
pada Halimeda. Klorofil a dan b pada Halimeda ini juga menyebabkan dia bisa melakukan
fotosintesis. Tak seperti alga lain, hasil fotosintesis alga ini lebih mirip
hasil fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi.
Talus pada Halimeda memperlihatkan bentuk yang
merumpun pada pangkalnya lalu menyebar pada ujungnya. Hal ini dapat diamati
pada gambar hasil penelitian, terlihat pada daerah sekitar holdfast, banyak
percabangan yang berkumpul. Lalu dari holdfat tersebut menyebar beberapa stipe.
Tampubolon (2013) menyatakan bahwa Talus rimbun, blade kaku dan
berkapur. Kadi (1988) juga menyatakan hal yang serupa unuk mendukung bentuk
talus dari Halimeda ini, bahwa tumbuhan berwarna hijau tua, tumbuh dalam rumpun
padat, epifit. Dua pernyataan di atas cukup untuk menjelaskan bahwa bentuk
talus dari alga ini adalah merumpun.
Holdfast spesies Halimeda ini terletak di dasar
talusnya. Pada gambar terlihat berwarna putih dan berbentuk kotak agak lonjong
atau agak mirip dengan ubi. Kadi (1988) menjelaskan bahwa holdfast berbentuk ubi merupakan alat pengikat terhadap
partikel-partikel pasir. Pada pernyataan tersebut jelas bahwa bentuk holdfast
dari Halimeda adalah ubi dan yang fungsinya adalah menempel pada substratnya.
Tambupulon (2013) juga menyatakan hal yang serupa, bahwa Holdfast seperti
umbi yang memanjang. Dengan dua pernyataan tersebut, jelas bahwa bentuk
holdfast dari Halimeda ini mirip seperti ubi.
Halimeda tersusun atas banyak struktur seperti
daun (blade). Hampir seluruh tubuhnya didominasi oleh blade. Struktur ini
adalah yang berada di atas holdfast hingga ujung, itu semua adalah blade dari
Halimeda ini. Bagian luar dari bladenya terasa kasar bila dipegang serta kaku.
Keadaan ini disebabkan kandungan kimia dalam bladenya. Tampubulon (2013)
menyatakan bahwa talus rimbun,
blade kaku dan berkapur. Jadi morfolgi blade yang keras pada Halimeda ini
disebabkan oleh kandungan kapur di dalamnya.
Stipe pada Halimeda sulit untuk diamati. Karena ukurannya yang
kecil dan terletak diantara blade dan holdfast. Bentuk stipe ini bias dianggap
mirip dengan bentuk batang pada tumbuhan tingkat tinggi. Tapi bentuk stipe pada
Halimeda ini tidak panjang dan besar seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Kadi
(1988) menyatakan bahwa, basal segment mencapai lebar 20 mm dan panjang
mencapai 15 mm. Tapi walaupun kecil, jika diamati dengan teliti, akan dapat
ditemukan stipenya.
Halimeda macroloba yang
termasuk dalam divisi Chlorophyta mempunyai bebrapa fungsi. Pada anggota
Chlorophyta yang lain fugsinya kebanyakan sebagai sumber protein tinggi,
seperti pada Chlorella. Tapi pada Halimeda mempunyai fungsi lain karena
Halimeda ini mempunyai hasil metabolit sekunder yang bermanfaat dalam hal
pencegahan aktivitas jamur. Ridlo (2009) menyatakan bahwa, metabolit sekunder
dari Halimeda macroloba memiliki senyawa bioaktif anti jamur. Adanya
hasil metabolit ini sangat berguna karena jamur juga merupakan organisme yang
merugikan pada beberapa spesiesnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa alga yang diamati termasuk ke dalam jenis makroalga.
1. Klasifikasi dari spesies Halimeda
macroloba adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Clasis : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies
: H. macroloba
2. Halimeda macroloba termasuk alga yang memliki Divisi clhorophyta karena alga ini
bewarna hijau yang disebabkan oleh adanya klorofil a dan b sehingga Secara
makroskopis memliki ciri-ciri thallus berbentuk lembaran seperti daun,
bersegmen agak tebal, serta bercabang sehingga keseluruhan tubuhnya seperti
tanaman kaktus. Habitatnya di laut yang dangkal dan umumnya menempel di batu
karang. Perkembang biakan dilakukan secara aseksual dan seksual.
5.2 Saran
Sebaiknya
untuk KKL yang akan datang lebih didisplinkan lagi masalah waktunya sehingga
lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Bold HC, Wynne JM. 1985. Introduction to Algae. Prentice
Hall, Inc. USA.
Darley
WM. 1982. Algae biology: A physiological approach. In Wilkinson JF (Ed).
Basic Microbiology. Blackwell Sci. Pub. London.
HILLIS,
L.W. 1959. A revision of genus Halimeda (Order Siphonales). Department
of Botany, Victoria College, Victoria, B.C., Canada Vol VI: 322 - 339.
HILLIS-COUNVAUX, L. 1980. Ecology and taxonomy of Halimeda : Primary
producer of coral reefs. In : Marine Biology (BLAXTER, RUSSEL and YONGE
eds.). Academic Press, Lon-don, XVII : 2 - 84.
Kadi,
& Atmajaya, W. S., 1988. Rumput Laut (Alga), Jenis,
Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. LIPI. Jakarta.
Kadi, ahmad.1987.Cara Mengenal Jenis-jenis dari Marga Halimeda.Oseana.
Voleme XII, nomor 1:1-12, 1987
Marianingsih, pipit.2013. Inventaris dan identifikasi makroalga di
Perairan Pulau Untung Jawa. Jurnal Prosiding semirata FMIPA Unila.
Volume 8 n0.1 tahun 2013.
Ridlo,Ali & Pramesti,rini. Aplikasi ekstrak rumput Laut Sebagai
Agen Imunostimulan Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada udang (Litopenaeus
vannamei). Jurnal Ilmu Kelautan.Vol.14(3):133-137.
Romimohtarto,
K dan Sri Juwana. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Penerbit Djambatan. Jakarta.
Subagiyo.2009. Uji Pemanfaatan Rumput Laut Halimeda sp.
Sebagai Sumber Makanan Fungsional untuk Memodulasi Sistem pertahanan Non
Spesifik pada udang Putih (Litopenaeus vannamei).Jurnal Ilmu Kelautan.
Vol.14 (3):142-149
Tampubolon,Agrialin.2013.Boodiversitas Alga Makro di Lagus Pulau
Pasige, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan Laut
Tropis. Volume 2 no.1,2013.
Tjitrosoepomo
G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada Univ. Press.Yogyakarta.
Verhejj.
E., 1993. Marine Plants on the Reefs of the Spermonde Archipelago, SW Sulawesi,
Indonesia : Aspects of Taxonomy, Floristics, and Ecology. Blumea, volume
37 no.2 1993.
No comments:
Post a Comment